Minggu, 25 Desember 2011

Manusia dan cinta kasih oleh muhammad suJarwo Ar ronggo

MANUSIA DAN CINTA KASIH

BAGIAN PERTAMA

Kebanyakan orang melihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah dicintai, lebih daripada itu masalah yang dicintai yaitu masalah kemampuan orang untuk mencinta, maka masalahnya bagi mereka ialah bagaimana supaya dicintai. Setiap orang membutuhkan kebutuhan untuk mencinta dan dicintai.
Cinta bukanlah terutama hubungan dengan seseorang tertentu. Cinta adalah sikap, sesuatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju sesuatu obyek cinta. Jika seorang pribadi hanya mencintai satu peribadi lain dan acuh tak acuh terhadap sesamanya yang lain, cintanya bukanlah cinta, tetapi ikatan simbolik atau egoisme yang diperluas.
Tetapi, menyatakan cinta adalah suatu orientasi yang menunjukkan pada segalanya dan bukan kepada salah satu hal saja. Hal itu tidak berarti bahwa tidak ada perbedaan diantara tipe-tipe cinta berdasarkan obyeknya. Adapun tipe-tipe cinta adalah :

A. CINTA PERSAUDARAAN
Merupakan persaudaraan adalah cinta diantara sesama, tetapi sungguh baik sebagai sesama, kita tidak selalu "sama" sejauh kita bersifat manusiawi, kita semua membutuhkan bantuan. Hari ini saya, besok engkau. Tetapi kebutuhan akan bantuan ini tidak berarti bahwa yang satu tak berdaya, yang lain berkuasa. Ketidak berdayaan itu adalah bersifat sementara, kemampuan untuk berdiri dan berjalan di atas kaki sendiri adalah keadaan tetap dan sama.

B. CINTA KEIBUAN
Cinta keibuan adalah penguatan tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak. Penguatan (afermasi) hidup anak mempunyai dua segi, pertamaialah perhatian dan yang kedua ialah tanggung jawab yang mutlak perlu demi pemeliharaan hidup anak dan pertumbuhannya. Cinta keibuan menanamkan ke dalam anak cinta akan kehidupan dan tidak hanya keinginan untuk tetap hidup. Sangat berlainan dengan cinta persaudaraan dan cinta erotis, yakni cinta sesama orang (setara), hubungan ibu dan anak pada hakekatnya cinta di antara orang yang tidak sama, di mana yang satu memerlukan segala bantuan dan yang lain memberikannya. Justru karena eiri altruistis dan tidak mementingkan diri inilah maka cinta keibuan telah dipandang sebagai jenis cinta yang paling tinggi, dan yang paling suci dari segala ikatan emosional. Biasanya wanita dalam hal ini bersifat "nursisistis", ingin menguasai, ingin memiliki, berhasil menjadi ibu yang mencintai/menyayangi selama anak itu masih kecil.
Cinta yang berlebih-lebihan dari orang tua terhadap anak akan menyebabkan masalah sosial, begitu pula sebaliknya.

C. CINTA EROTIS
Cinta ini berbeda dengan kedua tipe cinta di atas. Cinta erotis adalah mendambakan peleburan, penyatuan dengan seorang pribadi lain. Cinta ini bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta erotis sering dicampurbaurkan dengan pengalaman yang meledak karena jatuh cinta diantara dua orang yang masih asing, setelah keduanya saling mengenal pribadi yang dicintai menjadi pribadi yang dikenal seperti dirinya sendiri. Tetapi keeratan ini cenderung makin lama makin berkurang dan sebagai konsekwensinya ialah seseorang mencari cinta dengan seorang pribadi yang baru dengan seorang asing yang baru, demikian seterusnya. Type cinta ini didorong oleh keinginan sexual.

D. CINTA DIRI SENDIRI
Freud beranggapan bahwa cinta adalah manifestasi nafsu sexual yang diarahkan kepada orang lain/diarahkan pada dirinya sendiri atau cinta diri (self love). Berpegang bahwa pribadi yang mementingkan diri itu bersifat "narsisistis", seolah-olah ia lelah menarik cintanya dari orang lain dan mengalihkan pada dirinya sendiri. Teori hakekat sifat mementingkan diri ini dibuktikan oleh pengalaman resiko analisis mengenai hal tidak mementingkan diri yang bersifal neoritis yaitu gejala yang dapat dikalangan luas yang biasanya terganggu bukan gejala itu tetapi oleh hal-hal lain yang berhubungan dengannya, seperti rasa tertekan, kelelahan, ketidakmampuan bekerja, kegagalan dalam bermain cinta dan seterusnya. Menurut Meister Eekhart tentang topik ini: "jika engkau mencintai dirimu, maka engkau mencintai setiap orang lain daripada engkau mencintai dirimu sendiri. Selama engkau kurang mencintai seseorang pribadi lain daripada engkau mencintai dirimu sendiri, engkau tak akan benar-benar berhasil mencintai dirimu, telapi jika engkau mencintai semuanya sama, termasuk dirimu sendiri maka engkau mencintai mereka sebagai satu pribadi dan pribadi itu merupakan baik Allah maupun manusia. Dengan demikian ia menjadi seorang pribadi yang besar, berbudi yang selain mencintai dirinya sendiri ia juga mencintai semua orang lain dengan cara sama.

E. CINTA TERHADAP ALLAH
Bentuk religius cinta yang disebut cinta akan Allah, tidaklah berbeda, kalau berbicara secara psikologi. Cinta itu berasal dari kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan, untuk mencapai penyatuan. Kenyataan-kenyataan cinta terhadap Allah mempunyai sifat dan aspek yang berbeda sama banyaknya dengan cinta terhadap manusia dan dalam arti yang luas kita menentukan perbedaan-perbedaan yang sama.
Di dalam agama, entah yang bersifat politis atau yang monoteisme, allah adalah mempunyai nilai yang tertinggi, kebaikan yang paling didam-bakan. Dari sebab tersebut Allah tergantung pada apa kebaikan yang paling dirindukannya oleh semua pribadi. Dari sebab itu limbul pengertian konsep Allah harus dimulai dengan analisis struktur eiri pribadi yang menyembah Allah. Cinta adalah rahmat, sikap religius adabh memiliki iman terhadap rahmat ini dan membuat diri kecil dan lak berdaya.
Dalam mencintai terhadap Allah sebenarnya telah ada didalam kitab-kitab ajaran agama yang kita anut.
Demikianlah kebutuhan dasar mencintai dan dicintai. Yang kesemuanya ini sangat tergantung dari individu-individu atau kelompok-kelompok dalam hidup dan kehidupan ini.

BAGIAN KEDUA

Memang harus diakui, bahwa hidup kita didapat dari pemberian perhatian orang lain. Baik perhatian yang kita peroleh dari orang tua, saudara, suami/isteri, kawan dan sebagainya.
Dapat kita bayangkan seandainya kita hidup saling mengacuhkan,
hidup sendiri dengan tiadanya saling memperhatikan terhadap lingkungan.
Adalah mustahil kita hidup sendiri. Hidup ini akan menjadi ndah, bahagia,
mengesankan, bermanfaat bagi kita sendiri atau orang lain oila kita saling
membagi perhatian.
Saling memperhatikan menggambarkan adanya hubungan kasih sayang. Kasih sayang terbentuk kalau kita saling memperhatikan, Kasih sayang, Sebuah nama yang indah dan suci, yang didambakan setiap insan. Kasih sayang tak kan lahir jika kita tak melahirkannya. Kasih sayang membutuhkan keterbukaan, pengertian, pengorbanan, tanggung jawab, perhatian dan sebagainya.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua. Pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil eurahan kasih sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari kasih sayang dan perhatian orang tua, Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara anak dan orang tua.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang men¬jadi morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, di mana semuanya di latar-belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga. Adalah suatu contoh kasus yang sederhana: "saya segan bicara sama mama", kata Miranti dengan suara datar dan air mala hampir tanpa ekspresi. "Kalaupun memang harus ngomong, seperlunya saja". Dari contoh sederhana di atas dapat kita lihat betapa sempitnya komunikasi antara anak dan orang tua, sehingga tak tereermin adanya kasih sayang di dalamnya.
Dari keadaan rumah tangga, keakraban, kemesraan, keharmonisan hubungan antara anak dan orang tua, kita dapat menilai perwujudan kasih sayang dalam keluarga tersebut.
Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan:
1. Orang Tua Bersifat Aktif, Si Anak Bersifat Pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materiil dengan sebanyak-banyaknya dan si anak menerima saja, mengiyakan tanpa memberikan respon. Hal ini akan menyebabkan anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri di dalam masyarakat.
2. Orang Tua Bersifat Pasif, Si Anak Bersifat Aktif.
Dalam hal ini si anak berkelebihan memberikan kasih sayang ter¬hadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
3. Orang Tua Bersifat Pasif, Si Anak Bersifat Pasif.
Di sini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluar¬ga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
4. Orang Tua Bersifat Aktif, Si Anak Bersifat Aktif.
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
Keluarga yang bertanggung jawab akan betul-betul memelihara keharmonisan keluarganya. Komunikasi dan kasih sayang yang harus dicetuskan sejak anak dalam kandungan hingga dewasa.
Prof. Dr. Singgih Gunarsa mengatakan : "Perkembangan anak itu suatu proses tanpa henti. Apa yang terjadi pada masa remaja sebelulnya bisa ditelusuri pada masa pembentukan kepribadian anak pada usia 0 sampai 5 tahun.
Pengalaman di luar rumah dan sukarnya komunikasi dengan orang tua akan sering menimbulkan konflik, kesimpangsiui an pendapat dan nilai-nilai yang berbeda.
Penyelesaian dalam hal ini sebenarnya tidaklah terlalu sukar. Sikap percaya dan terbuka dari masing-masing pihak dan membicarakan dari hati ke hati akan menjadi kunei pemecahan masalah. Paling tidak pasti ada pendekatan. Di sini perlu adanya keaktifan dan pengertian yangbesar dari pihak orang tua.
Orang tua berperan dalam melahirkan dan memelihara kasih sayang dalam keluarga. Kasih sayang merupakan dasar komunrteasi, jembatan an-tara orang tua dan anak dalam mencapai eila-eita keluarga bahagia. Hal ini akan terwujud akan keaktifa, pengertian, perhatian, keterbukaan dan pengorbanan orang tua yang akan disambut dengan respon yang aktif dari si anak.
Dalam pemecahan kasus dalam keluarga sekali lagi pihak orang tua dibutuhkan keaktifan, pengertian dan keterbukaan sebagai dasar kuneinya. Maka orang tua, anak, keluarga dan kasih sayang adalah sualu mala rantai yang tak boleh putus.

BAGIAN KETIGA

Setiap manusia pasti pernah merasakan suka duka di dalam hidupnya. Meskipun suka duka dalam hidup manusia berbeda-beda, tetapi pada dasarnya suka duka dalam hidup manusia berbeda-beda, tetapi pada dasar nya suka duka ini akan tetap membayangi dan mempengaruhi hidupnya. Ada yang menerima kedukaan hidup ini dengan lapang dada, sabar dan tabah. Sikap inilah yang mendorong manusia untuk selalu berbuat kebaikan bagi orang lain meskipun ia harus mengorbankan apa saja yang dimilikinya. Tidak jarang sampai-sampai diri sendiri pun turut dikorbankan. Para pahlawan yang berjuang bagi bangsa dan negaranya adalah salah satu contoh yang nyata dalam kehidupan.
Pengorbanan manusia tidak mungkin ada tanpa suatu latar belakag tertentu. Latar belakang bisa saja positip ataupun negatif. Latar belakang yang positif dapat menimbulkan sikap rela berkorban tanpa mengharapkan balasan. Seorang pahlawan yang berjuang bagi bangsanya. Dia berjuang karena didasari rasa tanggung jawab dan cinta tanah air dan bangsanya. Dia tak pernah membayangkan hal-hal yang enak-enak apabila kelak negaranya merdeka.
Di dalam hidupnya manusia selalu menggantungkan diri pada sesamanya, bahkan tak pernah ada manusia yang hidup tanpa sesamanya. Akibat sikap saling ketergantungan ini dapat timbul suatu rasa tolong menolong. Tolong-menolong bagi manusia sudah dirasakan sebagai suatu keharusan. Antara orang yang satu dengan yang lain tentu saling butuh-membutuhkan, harap-mengharapkan dan saling menukar kepentingan.
Yang mendasari tumbuhnya pengorbanan dan tolong-menolong adalah keikhlasan. Pengorbanan yang lidak disertai rasa keikhlasan akan sia-sia belaka. Pereuma saja seseorang berkorban bagi orang lain jika pengor¬banan itu dilakukan karena keterpaksaan sedangkan ia sendiri sebenarnya enggan melakukannya. Perbuatan/sikap yang demikian ini akan mudah menimbulkan perselisihan.
Tolong-menolong yang diharapkan setiap manusia adalah tolong-menolong yang bukan karena suatu keterpaksaan. Keikhlasan yang dimiliki manusia akan melahirkan bentuk tolong-menolong yang sebenarnya. Dalam arti perbuatan tolong-menolong itu dilakukan atas dasar saling pengertian. Sebelum seseorang melakukan aktivitas (misal : menolong seseorang) ia tentu memiliki motivasi yang mendorong sampai berbuat demikian.
Pengorbanan, tolong-menolong yang disertai rasa keikhlasan akan menghasilkan suatu bentuk perbuatan yang baik. Hal ini sebenarnya merupakan manifestasi dari suatu cinta kasih yang dimiliki manusia. Cinta kasih tidak hanya sekedar rasa cinta belaka. Tetapi cinta kasih itu timbul dari dalam lubuk hati manusia yang sifatnya kekal dan tidak pernah berubah. Dengan cinta kasih ini manusia akan selalu berbahagia di dalam hidupnya. Cinta kasih di dalam keluarga adalah cinta kasih yang paling mudah kita per-hatikan karena kita pun pernah mengalaminya.
Manusia diciptakan untuk hidup damai dan tenteram serta bahagia. Janganlah suasana berkabung meliputi hatinya, melainkan eahaya hidup dan cinta. Kedukaan dengan air muka yang suram menunjukkan ketidak mam-puan melihat dengan penghargaan ke masa depan.
Fasti bahwa tiada kehidupan tanpa masalah. Tiada dunia tanpa derita. Tekanan batin yang timbul karena kecewa dan kesengsaraan, merupakan hal yang jamak dalam hidup ini. Tetapi justru pengalaman inilah yang sering mendorong kita pada kedewasaan, pada perluasan pandangan kita. Tak perlu kita sesalkan segala derita dan penanggungan yang pernah kita alami. Yang mesti kita sesali ialah saat-saat kita tidak mampu "hidup sepenuh-penuhnya".
Cinta sebagai keperluan manusia yang fundamental memang tidak mudah untuk diterangkan. Apakah gerangan cinta ini, yang berdaya begitu ajaib untuk menyembuhkan dan membebiskan manusia?
Menurut teori, cinta mencakup sikap dasar untuk memperhatikan kepuasan serta ketenteraman dan perkembangan orang yang kita cintai. Apabila kita telah memiliki sikap dasar itu dan mengamalkannya barulah boleh dikatakan bahwa kita telah mencintai orang lain.
Dalam hal mencintai maka terjadilah suatu jaringan komunikasi yang bersifat dialogis. Sukses atau gagalnya penearian ini merupakan sukses dan kegagalan terbesar dalam hidup seseorang. Berkemanusiaan berarti men¬cintai dan dicintai.
Manusia diciptakan untuk hidup sepenuhnya. Tetapi mengapa sering terpaksa kita menarik manfaat dari keadaan yang buruk ? Rupanya dalam hidup kita semua ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang tidak diketahui dan tidak dinikmati. Sedang "sesuatu" itu perlu untuk hidup sepenuhnya. Segala cara dan bentuk kehidupan mempunyai syarat dan tuntutan demi kepenuhan dan perkembangannya. Apabila 4ingkungan memenuhi segala syarat dan tuntutan ini, maka pemenuhan hidup dapat dicapai, segala kemampuan dapat direalisasikan. Apabila seseorang hidup sepenuhnya, berkata "ya" de¬ngan sepenuh hati kepada seluruh pengalaman menusiawi dan berkata "amin" yang tegas terhadap cinta, itulah perlanda bahwa keperluan manusiawinya terpenuhi. Tetapi apabila orang dihantui oleh rasa tidak enak, kecewa dan emosi yang melumpuhkan itulah pertanda bahwa keper¬luan menusiawinya tidak terpenuhi.
Kita akan lebih sering mengalami kegagalan semacam itu bila soal pantas dicintai atau tidak tergantung pada suatu syarat tertentu. Mengalami kegagalan berulang kali menimbulkan ketegangan batin, rasa lakut dan kecewa. Dengan demikian kita akan berusaha "melahirkan diri" dari kenyataan. Kita bukan kita lagi. Kita meneoba menjadi orang lain, yang kiranya pantas mendapat pengakuan dan cinta.
Telah disinggung di muka bahwa kebutuhan manusia yang fundamen¬tal ialah cinta sejati dan mendalam kepada diri sendiri, penerimaan diri yang penuh gairah dan harga diri yang tulen. Apakah hal ini sama artinya dengan mementingkan diri sendiri?
Mencintai diri sendiri tidak sama dengan mementingkan diri sendiri, bahkan keduanya bertolak belakang. Mementingkan diri sendiri adalah suatu macam ketamakan yang tak terpuaskan. Mementingkan diri berakar justru pada kurangnya cinta akan diri sendiri. Sedangkan cinta diri sendiri ini merupakan prasyarat bagi suatu langkah ke arah hidup yang tidak mementingkan diri sendiri.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa hal yang paling enggan diakui dalam diri sendiri dan orang lain, justru merupakan keperluan yang paling besar, yaitu cinta diri dan harga diri yang sejati. Meragukan dan mem-benei diri adalah penyakit yang paling biasa menggerogoti kemanusiaan, merusak dan menghaneurkan hubungan dan kepercayaan terhadap sesama. Kiranya hampir segala gangguan jiwa dan kejahatan moral berakar pada sebab yang satu ini: tiadanya cinta sejati pada diri sendiri.
Meskipun tidak secara definitif, entah bagaimana, kiranya kita semua tahu secara instinktif apa cinta itu, yaitu bila kita mencintai dan dicintai. Prakteknya, cinta berarti bersedia melepaskan kesenangan, mengabdikan waktu dan bahkan mengorbankan ketenteraman kita demi peningkatan kepuasan, ketenteraman dan perkembangan orang lain. Namun untuk menerangkan anatomi cinta sangat sulit. Masih banyak dalil lain yang perlu diperhatikan.
Kebanyakan orang menganggap bahwa cinta itu suatu perasaan atau emosi saja. Hal sebenarnya tidaklah demikian. Memang sudah jelas bahwa perasaan ada hubungannya dengan cinta. Perasaan cinta yang pertama biasanya dialami dalara bentuk perasaan yang sangat kuat. Namun dalam perkembangan suatu ikatan cinta, kadang-kadang mengalami musim kemarau berupa perasaan tidak puas diikuti musim pembaharuan cinta yang subur. Eelakalah kalau cinta disamakan dengan perasaan. Sebab perasaan selalu berubah-ubah tak menentu. Namun eelaka pula kalau kehendak men-cinta tidak difunjang oleh perasaan yang hangat, penuh kasih sayang.
Sebagaimana Erieh Fromm menulis : cinta itu suatu tindakan yang aktif, bukan perasaan yang pasif, kita berdiri dalam cinta, tidak jatuh ke dalamnya. Sifat aktif cinta itu dapat dilukiskan dengan menekankan bahwa cinta itu terutama memberi dan bukan menerima. Demikianlah cinta itu merupakan satu ikatan yang lahir dari keputusan yang matang.
Ikatan cinta pada tingkatan apapun haruslah merupakan ikatan langgengmenjadi hidup. Cinta yang efektif tidak seperti ujung ballpoint yang dapat dipijat keluar dan dipijat masuk. Cinta ikhlas harus dapat berkata : When I fall in love, it will be forever.
Dua diri yang saling melindungi, saling menyentuh dan saling menyapa. Inilah satu-satunya kenyataan yang patut dinamakan cinta. Kedua pasangan membuang sedikit demi sedikit gambaran pantulan yang menjadi sumber rasa tertarik satu sama lain, supaya dengan demikian dapat menemukan kenyataan yang lebih indah dalam pasangannya. Keduanya bersedia mengakui dan menghormati keberadaan pihak yang lain. Masing-masing menghargai dan berusaha membantu meningkatkan eita-eita dan tujuan batin dalam diri pihak lain.
M. Rilke dengan pandangan poetisnya yang istimewa itu rupanya dapat menangkap hakekat hubungan cinta sejali : "Cinta ialah dorongan luhur bagi seseorang untuk menuju kematangan, untuk menjadi sesuatu dalam dirinya sendiri demi orang lain. Cinta ialah suatu tuntutan yang besar, sesualu yang memilih dia dan memanggil dia untuk melakukan hal-hal yang agung. Cinta adalah kalau dua diri saling melindungi, saling menyentuh dan saling menyapa.
Cinta itu berpraduga, ada dan melakukan banyak hal. Pada pokoknya, cinta diamalkan dalam kebersamaan dan saling berbagi. Berapa jauh dan berapa dalam dua orang saling mengikat dalam hubungan cinta, sejauh dan sedalam ituluh mereka harus saling berbagi hidup secara aklif. Komunikasi bukan hanya merupakan darah kehidupan einla dan jaminan perkembang-annya, melainkan inti dari cinta itu dalam pengamalannya.
Kita hanya menjadi terbuka untuk dilihat dan dimengerti orang lain kalau kita menyampaikan perasaaan kita kepadanya. Bila kita mulai mengungkapkan perasaan, gagasan, pendapat dan keputusan, mungkin kita men¬jadi sadar bahwa masih banyak yang dapat saling kila pertukarkan. Yang paling membedakan satu orang dengan orang lain adalah perasaannya. Dan itulah yang membuat hubungan antar pribadi merupakan suatu pengalaman yang unik.
Dalam mencapai suatu keseimbangan pribadi, rupanya hal menerima diri, mencintai diri sangatlah menentukan. Sebab dengan menerima diri sen¬diri barulah manusia dapal berkembang, mampu meneinlai orang lain.
Dalam mencapai suatu keseimbangan pribadi, rupanya hal menerima diri, mencintai diri sangatlah menentukan. Sebab dengan menerima diri sen¬diri barulah manusia dapat berkembang, mampu mencintai orang lain.
Kenyataan bahwa manusia diciptakan bukan seperli hasil mesin pembuat peniti, yang persis sama. Manusia diciptakan berbeda. Seliap orang, laki-laki atau perempuan ditantang untuk menerima diri dengan segala konsekuensi dan kekhususannya, baik pada tingkat tubuh, jiwa maupun roh.
Apabila seseorang kurang dapat menerima diri sendiri, meneinlai diri send: m maka dapat menimbulkan persoalan yang membawa kelidakstabilan pribadi. la mencari idenlitas diri dan tidak menemukan. la sukar menerima dan mencintai orang lain. la ingin seolah-olah menghibur diri, namun de¬ngan jalan merendahkan dan merusak. Betapa fatalnya apabila seseorang tidak mempunyai identitas diri, tidak mendapat pemenuhan kebutuhan yang fundamental ini.
Bilamana dalam kehidupan seorang manusia tidak terdapat per-temuan dan hubungan einla sejati, itu biasanya disebabkan karena, entah karena takul entah k.irena terlalu mementingkan diri sendiri, berkeras mengunei dan memalangi pintu hatlr.ya. Entah ia tidak dapat atau tidak mau menghadapi resiko dilihat orang lain, sehingga nampak relung-relung jiwanya yang paling halus. Tanpa kesediaan menghadapi resiko serupa itu, hidup ini dapat merupakan penjara yang dingin. Untuk menjawab panggilan mencinta diperlukan keberanian dan keletapan hati, karena membuka tanpa membuka diri cinta tak mungkin. Dan tanpa cinta, hidup manusia tak Iengkap.
Asal orang berani menantang unluk mencinta, biasanya cintanya akan terbatas. Siapa yang mau mencinta, akhirnya akan menemukan cinta. Lalu ia menemukan eermin. Suatu eermin yang memantulkan kembali gambaran orang yang mencinta. Dan inilah permulaan dari penghargaan diri terletak dalam penghargaan yang terpantul dari orang yang telah kita cintai.
Namun demikian cinta merupakan suatu proses berfahap. Seorang pria dan seorang wanita menempuh perjalanan jauh dan melangkah berkilo-kilo jarak sebelum menemuka^ kegembiraan cinta. Hutan yang Iebal dan gelap ditembus, bahaya-bahaya besar diatasi. Dengan cinta orang harus lebih hati-hati daripada dengan hal-hal yang lain. Cinta menuntut pantangan dari segala sesuatu yang dapat meraeuni cinta. Cinta menuntut banyak keberanian, ketabahan dan disiplin.
Dalam perjalanan saling mencinta, maka faktor komunikasi rupanya menentukan s'ampai sejauh mana cinta itu bertumbuh. Apabila kita menyam-paikan perasaan atau emosi kita, sesungguhnya kita sedang mengatakan siapakah kita sebenarnya, kita membuka diri kita. Perlu ditekankan bahwa hanya dengan mengutarakan perasaan dalam komunikasi pada tingkat hati, kita dapat benar-benar membuka diri. Justru karena memberitahukan ten-tang diri sendiri, kita menemukan gejala-gejala ketidakdewasaan kita. Kita akan menyadari pola reaksi kita. Dan kalau kita bersedia menelitinya kita akan menemukan bahwa sebagian pola-pola itu adalah gangguan perasaan yang keterlaluan. Pada saat kita mulai menyadari ini, pola-pola itu mulai berubah. Sungguh ajaib, betapa emosi-emosi yang disadari ini dapat menerangi isi hati'kita dan membukakan hal-hal yang tak terduga sama sekali. Mengenal diri serupa inilah permulaan menjadi dewasa.
Setiap orang dilahirkan dengan nilai yang khas. Setiap orang merupakan misteri yang tak ada duanya. Akan tetapi kita hanya dapat me-ngenal diri kita dari pantulan yang tereermin di mala orang orang lain.
Orang yang terbuka dan berkembang tidak menutup telinga terhadap pelajaran yang diberikan oleh rasa sakit dan bersedia unluk berubah. Mereka mau memberikan tanggapan dan mengadakan penyesuaian yang seharusnya.
^ Seorang yang berkembang, selalu mampu mencari suatu cara unluk memperoleh rasa bernilai, menghargai diri, menjunjung diri, yakni sesuatu untuk bergembira. Melalui cinta yang sejali dan langgeng kita dapat memperoleh kembali kemampuan penerimaan diri dan kesadaran akan mar-tabat kita. Kalau einla dan harga diri lidak ada, kita hanya hidup selengah-selengah. Kita hanya dapat mencapai sebagian kecil dari yang seharusnya dapat kita capai.
Cinta sejati merupakan proses berlahap di mana untuk mencapai kedewasaan diperlukan suatu komunikasi yang terbuka.

BAGIAN KEEMPAT CINTA KASIH DALAM KELUARGA

Cinta kasih orang lua lerhadap anak itu adalah suatu cinta yang di-serlai dengan kasih sayang. Einla kasih tersebul diberikan secara lulus dan ikhlas seolah-olah anak itu adalah merupakan bagian dari dirinya sendiri. Seorang anak yang tak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya kemungkinan besar dia akan hidup liar. Einla yang dirasakan orang lua ler¬hadap anaknya ilu betdasarkan 2 segi yakni : segi pengabdian dan segi kesukaan. Menurut orang lua mencintai anaknya secara merala dalam arti pengabdian yang sama lerhadap seliap anak. Mereka meneoba unluk tidak beral sebelah. Mereka ingin agar masing-masing anaknya berhasil dan bahagia. Orang tua rela berkorban untuk tujuan tersebul. Sebagai eonloh : anaknya berada di dalam gedung yang Ierbakar. Tanpa ragu-ragu orang lua lersebul menyerbu ke dalam gedung yang Ierbakar lersebul demi unluk menyelamalkan anaknya meskipun jiwanya sendiri terancam.
Kasih sayang orang tua itu adalah dampak positif dan ada dampak negatifnya. Dampak positifnya adalah apabila orang lua lersebut memberikan kasih sayang kepada anaknya secara apa adanya, artinya kasih sayang yang lak berlebihan. Jadi hal lersebul lidak akan membuat anak men-jaeli manja. Sebagai contoh : anak seorang ibu bertengkar dengan anak tetangga. Meskipun anak itu salah atau lidak, si ibu tadi harus memarahi anaknya atau dengan kata lain memberi peluah-petuah. Sebenarnya si ibu tadi sayang sama anaknya. Justru karena sayangnya tersebut dia rela untuk memarahi si anak meskipun dengan hati yang berat. Hal ini dilakukan karena si ibu tadi tidar. ingin anaknya menjadi nakal dan sebagainya. Seliap ibu meng harapkan agar anaknya menjadi orang yang baik. Dengan diberinya peluah-peluah tadi anak akan menjadi takut dan berusaha untuk memperbaiki perbuatannya. Sedang dampak negatifnya adalah: apabila kasih sayang tersebut diberikan secara berlebihan. Sebagai contoh : Si ibu yang memanjakan si anak. Meskipun si anak salah maupun tidak salah dia selalu membela pada anaknya. Hal ini bukannya membuat si anak menjadi sadar tapi bahkan si anak akan menjadi Iebih nakal lagi, karena si anak tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk alau mana yang salah dan mana yang benar. Dia menganggap bahwa apa yang diperbuatnya ku adalah baik. Sebetulnya si ibu ini memang sayang kepada anaknya. Demikian pula-memuji si anak di depan anaknya sendiri. Hal ini juga lidak baik karena akan mem¬buat anak menjadi sombong, dan banyak lagi contoh yang lain.
Kekurangan usaha yang ikhlas dari orang tua dapat mengakibatkan beberapa hal yang kurang baik bagi si anak. Einla kasih orang tua terhadap anak sendiri berbeda dengan cinta kasih orang tua lerhadap anak orang lain. Misalnya : Orang tua yang memungut anak tapi tidak dapat mencintai anak tersebut. Dalam hal ini jika anak tersebut lerlalu nakal, mereka ingin melepaskan kembali. Seliap anak merasakan sedalamnya ketidak-ikhlasan dan dengan sendirinya si anak akan membalasnya dengan tidak kepalang tanggung. la lidak hanya berkelakuan lidak baik dalam batas-balas Ierlenlu, melainkan ia sama sekali lidak peduii akan lingkah lakunya sendiri. Hal ini disebabkan karena ia mengelahui bahwa orang luanya sudah lidak sayang lagi pada dirinya.
Jika dilihal dari segi kesukaan semua orang lua mempunyai einla kasih yang sama serla memberi perlakuan yang sama kepada seliap anak mereka. Anak laki-laki disukai karena sifal laki-lakinya, sedang anak perem-puan disukai karena sifal perempuannya. Sayang orang lua lerhadap anaknya bisa karena sifal gembiranya, sifat sungguh-sungguhnya, sifal yang ingin menyenangkan orang lain dan sebagainya. Kesukaan lersebul limbul berdasarkan sifal yang sangal berbeda. Seliap orang lua selalu menghadapi sifal yang sangal kompleks dari si anak. Tanggapan orang lua lerhadap sifal anak lersebul juga mempunyai sualu kelompok yang kompleks juga. Sebagai contoh: Orang tua yang sangal memenlingkan kerajinan belajar dan tingkah laku yang baik. Mereka akan sedih bila anak mereka malas atau berbohong. Sifal anak ada yang begilu dekat dengan sifal orang tuanya, sehingga ham-pir merupakan bagian dari diri mereka sendiri serla ada pula sifal yang lidak sama dengan sifat orang tuanya. Sistem memuji dan meneela dari pihak orang tua lerhadap sifal yang timbul pada anaknya diharapkan akan dapal memupuk eiri yang baik dan menekan sifal yang lidak diinginkan. Perasaan orang lua lerhadap anaknya adalah sualu campuran yang khusus anlara kesukaan dan kejengkelan. Seliap orang lua berusaha unluk menemukan jalan yang memungkinkan mereka menyamaralakan perasaan mereka, mem¬punyai sayang yang sama pada seliap anak, memberikan perhalian yang sama, dapal memperlihalkan kesabaran dan eelaan yang sama pula. Kesadaran bahwa mereka lidak dapal berbual demikian menimbulkan perasaan tidak layak menjadi orang tua. Mereka menganggap selalu merasa dirinya bersalah karena lidak sama dalam hal kesabaran dan kejengkelan. Salu hal yang mereka anggap sebagai satu pelunjuk yang nyala bahwa cinta kasih yang mereka berikan kepada si anak terdapat satu kekurangan yang penling. Tapi berbeda dengan si anak sendiri. Anak lidak sesungguhnya menginginkan orang tua mempunyai perasaan yang sama terhadap seliap mereka, baik yang berupa pujian maupun yang berupa eelaan. Yang paling diinginkan oleh seliap anak adalah agar ia disukai sepanlasnya saja. Jika mereka disukai secara berlebihan akan membual dampak negalif, demikian pula jika anak kurang mendapalkan kasih sayang.
Setiap anak lidak ingin disatukan dengan orang lain meskipun itu de¬ngan kakaknya sendiri, demikian pula pujian yang dilonlarkan secara paksa adalah sama sekali lidak memuaskan. Cara bekerjanya seperli itu menyebab-kan perselisihan yang menggelisahkan, memperbesar nafsu akan keuntung-an dan memperlajam mala unluk melihal sesualu yang merugikan. Sebagai eonloh: Ibu anak laki-laki yang bersaingan dengan kerasnya, yang meneoba mendamaikan mereka dengan cara membelikan permainan, yang megeluh karena anaknya dapal melihal perbedaan yang sangal kecil sekali dan akhir-nya menyesali ibunya.
Mengenai eelaan dan kelidaksabaran, seorang anak juga lidak meng-harapkan leguran yang sama banyaknya dengan saudaranya. la sadar, bahwa dia mempunyai eiri-eiri dan kebiasaan yang lidak menarik alau menjengkelkan dan lahu pula apabila sedang berlingkah. la meneoba berusaha mengalasi kekurangannya dan secara lidak sadar menginginkan agar orang luanya meinbantu d;»!am usahanya lersebut. Jika diberikan teguran dan hukuman yang pantas baginya, menurul peraturan keluarga, hatinya akan merasa Iebih senang karena ia merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Tapi harus diingat pula bahwa cinta kasih orang tua tidak boleh diperlihalkan seutuhnya kepada si anak. Demikian pula orang tua yang (idak menunjukkan einla kasih mereka (orang lua) itu hanyalah manusia biasa, dengan segala perasaan yang tajani, baik yang sesuai dengan akal maupun yang tidak, yang kesemuanya adalah merupakan sifat hakiki manusia. Hal ini diperlukan karena sikap orang lua terhadap anak sualu ketika lidak berkenaan di hali si anak. Pengabdian orang lua lerhadap setiap anak, kesukaan orang lua pada apa yang menye nangkan padanya dan usaha orang lua pada apa yang menyenangkan padanya, dan usaha orang tua untuk membatasi sifatnya yang tidak menarik. Hulah yang penlingyang dapat diberikan kepada si anak. Jika orang tua selalu saja menyelidiki perasaannya alau terlalu banyak berusaha agar perasaannya merala, orang lua tersebul akan kehilangan sebagian kerarp-ahan yang wajar di hadapan si anak.
Ada orang tua yang selalu jengkel akan segala lingkahlaku yangdiper-bual anaknya. Tei hadap anaknya mereka tidak merasakan arus kemesraan yang timbul dengan sendirinya, seperli yang mereka rasakan terhadap orang lain. Kejengkelan lersebut bisa limbul pada anaknya sewaktu anak tersebul masih kanak-kanak bahkan ada yang sampai dewasa. Sejak apa yang dikalakan maupun yang diperbual anak selalu menimbulkan rasa marah pada 'orang tuanya. Seolah-olah perbualan si anak tersebut selalu salah. Hal ter-sebul sebenarnya mereka sadari. Mereka sebelulnya sudah berusaha unluk memperbaiki lingkah lakunya dan berusaha unluk mencintai anaknya de-ngan sepenuh hali. Kejengkelan terhadap si anak ini dapal disebabkan pada waktu kecil (orang tuanya) mengalami kegundahan lerhaelap adik, ayah alau ibu Iebih mendalam, Iebih lama dan Iebih dilekankan, maka perasaan ter¬sebut mungkin lerbawa pada masa luanya. Sebagai eonloh : Seorang ibu suka pada anaknya yang mirip pada kakak laki-laki yang dieinlainya. Telapi ia lekas jengkel pada anak laki-lakinya yang lain yang rupa dan tingkah lakunya banyak menyerupai adik laki-lakinya, yang lahir kelika ia masih kecil. Misal pada waktu iaberumur 2 lahun, dan menimbulkan rasa tidak senang dan cemburu padanya, sampai berlangsung lama. Jika si ibu ini sewaklu masa anak-anaknya telah berbuat malu sekali mengenai permusuhannya terhadap adiknya, sebagian karena keeemburuan rnaeam apa pun dieela keras oleh orang tuanya, berdasarkan alasan moral dan sebagian lagi karena perasaan¬nya Ierhadap adiknya adalah suka bercampur kesan.
Dalam hal seperti ini seorang anak dapat merasakan sekali kesalahan-nya sehingga berhasil menyembunyikannya, juga terhadap diri sendiri sebelum perasaan itu tanggal dengan sendirinya. Jika kemudian si ibu ini mempunyai seorang anak yang mengingatkan pada adiknya maka baik di-sadari maupun tidak, kegelisahan dan kemarahan yang dulu itu timbul kem-bali. Akibatnya si ibu tersebut dapat digelisahkan oleh anaknya sendiri, seolah-olah si ibu tadi masih berumur 2 tahun dan seolah-olah anak tersebut adalah adiknya. Tetapi orang tua tersebut biasanya tidak tahu dari mana datangnya kejengkelan tersebut. la hanya sadar akan perasaan tegang yang sering timbul pada waktu mengasuh anaknya. Anak yang diasuhnya tersebut terus-menerus ditegurnya, dimarahinya karena hal yang sepele, bahkan tanpa alasan sekalipun. Tetapi orang tua tersebut merasakan kesalahannya dan hal tersebut justru lebih menyukarkan terhadap anak tersebut.
Ketidaksabaran yang tulus dalam menghadapi sesuatu sifat pada seorang anak kadang-kadang dapat ditemukan asalnya dari sifat semacam itu pada orang tuanya sendiri dan dari segala kesulitan yang dialami orang tua tersebut. Sebagian orang mungkin mengira bahwa eiri yang sudah dapat diatasi pada anaknya. Tetapi kebanyakan orang tua tidak dapat menolong atau menyembunyikan anaknya sama sekali. Mungkin tanpa disadarinya malah menambah kesulitan dengan usahanya tersebut. Pertama kali besar kemungkinan ia sama sekali tidak sabar menghadapi gejala tersebut pada anaknya, sehingga bukan kerja sama yang ditimbulkan melainkan per-lawanan. Yang kedua, mungkin masih bekas kesulitan orang tua yang lama yang tidak terhapus seluruhnya, yang secara halus dan tidak disadari telah mempengaruhi anak tersebut. Orang tua telah mengatasi sifat pemalunya semasa kanak-kanak mungkin masih mempunyai kepribadian yang terlalu hati-hati, karena seorang anak sebagian mengikuti contoh orang tuanya, maka sang anak dengan mudah memiliki suatu eiri yang paling tidak dii-nginkan oleh orang tuanya.
Demikian orang tua yang semasa kecilnya harus lama melawan sifat mementingkan diri sendiri, pelawan, pembohong, mungkin sekali akan menemukan kesulitan itu kembali pada salah seorang anaknya, jengkel oleh karenanya dan tidak berhasil baik dalam usaha mengatasinya.
Apabila eiri tersebut oleh orang tuanya diketahui benar adanya selama masa kanak-kanak dan dilihatnya kembali pada anaknya, maka ini dapat eukup banyak menimbulkan ketegangan. Kejengkelan itu biasanya hingga pada seoranag ibu di mana merekalah yang memikul beban berat yakni : mengandung selama 9 bulan, melahirkan dan mengasuh bertahun-tahun. Kejengkelan tersebut timbul jika anaknya ternyata mengeeewakan dalam sesuatu hal. Kita semua tabu bahwa orang tua telah dapat menguasai keinginan hati, ingin anak laki-laki atau perempuan, yang eantik, yang kuat, yang pandai, yang menawan, yang pemberani dan sebagainya. Tapi tidak mungkin bahwa yang kita inginkan semuanya itu akan terkabul. Seorang anak itu sama mudah dan sama sulit. Tetapi ada pula seorang anak yang menon-jol karena kenakalannya. Hal lersebut menyebabkan kita terganggu. Biasanya yang salah ini akan kembali dalam waklu yang singkat, karena a-khirnya kebanyakan orang tua suka juga pada perbualan tersebut. Tapi ada juga yang akhirnya berhasil menghadapi anak yang nakal tersebut, telapi jika mereka orang tua untuk menunjukkan rasa salahnya adalah : membiarkan mereka bertingkah laku yang biasanya tidak mereka ijinkan : kaku, terlalu banyak kehendak, kasar bahkan kadang-kadang memaki. Ada 2 hal yang menyebabkan hal ini:
1) Orang frua merasa bahwa anaknya berhak menghukumnya sedikit. Secara tidak sadar mereka menyukai timbulnya kelakuan yang jelas salah karena dengan demikian akhirnya mereka ketahui apa yang menyebabkan kemarahan mereka, sehingga kemarahan tersebut lebih dapat dibenarkan.
2) Anak untuk merasa bersalah seolah-olah ia telah melakukan sesuatu per-buatan yang terlarang.
Dalam lubuk halinya ia ingin dilarang untuk dihukum. Jika hal ini tidak terjadi maka nalurinya hendak berbuat yang lebih buruk lagi, untuk memaneing suatu hukuman. Dewasa ini kita tahu bahwa banyak anak yang memaneing kemarahan orang tuanya secara berjam-jam tapi dengan jalan lunak. Seolah-olah ia berkata "Di mana batas kenakalan yang dapat saya lakukan ?" Tentu saja hal inilah yang membuat orang lua marah. Apabila orang tua juga yakin akan cinta kasihnya pada seorang anaknya, maka sekali-sekali harus memberikan hukuman karena marah yang beralasan, sehingga menyebabkan dia dan anaknya menjadi sama-sama senang, karena keduanya tahu, bahwa hukuman tersebut memang selayaknya diberikan. Hingga lama-kelamaan anak tersebut menjadi baik. Tetapi apabila orang tua terus menerus merasa tidak layak, maka rasa bersalah kembali menimpa dirinya bahkan mungkin lebih berat dari sebelumnya. Penjelmaannya beraneka ragam. Ada anak yang sedang diberi hukuman. Tetapi orang tua tersebut membiarkan saja anaknya memaki atau berlaku tidak senonoh. Atau segera setelah hukuman yang diberikan terhadap anak tersebut dicabut, atau pura-pura mereka tidak melihat apabila anak tersebut mulai nakal lagi.
Ada orang tua yang dihinggapi rasa bersalah tersebut, berulang-ulang berkata pada anaknya, dengan nada yang tidak meyakinkan, bahwa anak ter¬sebut memang patut sekali diberi hukuman. Orang tua lain barangkali hanya menggerutu saja beberapa jam lamanya. Atau mungkin secara tidak sadar, sama benar halnya dengan seorang anak yang merasa bersalah, ia meman¬eing pembalasan dari si anak. Pokoknya anak tersebut menjadi tahu bahwa orang tuanya malu pada dirinya sendiri sehingga si anak mempunyai banyak alasan yang baik untuk mengulangi kenakalannya. Seorang anak tidak dapat nakal dengan sendirinya. Agaknya ia telah mengetahui apa yang paling men-jengkelkan orang tuanya, tetapi ia juga mengetahui bahwa mereka tidak merasa bebas untuk melarang dia.
Sepintas lalu tampak mungkin bagi orang tua yang tiba-tiba sadar, bahwa mereka terlalu lama membiarkan seorang anak terus-menerus ter-hadapnya atau sekurang-kurangnya bersikap tidak menyetujui terus-menerus. Akan tetapi kedua hal ini berarti bahwa orang tua masih mem¬biarkan dia terlalu jauh dan kemudian mau tidak mau merasa kesal. Tujuan daripada judul ini adalah :
Agar orang tua mempunyai kepercayaan yang eukup untuk menghen-daki tingkah laku yang baik, dengan cara yang ramah tetapi tegas, tetap me¬nguasai suasana, sehingga tidak perlu limbul kejengkelan. Dalam praktek memang sulit sekali untuk mengerjakannya, sebagaimana orang tua tahu, terutama apabila ketegangan timbul sudah lama. Pada kenyataannya apabila orang tua tersebut membutuhkan tekad untuk menghendaki sikap yang ramah dan menyenangkan, maka pastilah mula-mula akan terjadi bentrokan. Tapi apabila orang tua dapat berbuat tegas, biasanya seorang anak pasti akan menjadi bertambah gembira.
Seorang anak pasti mendambakan cinta kasih yang tulus dari kedua orang tuanya. Sebab apabila cinta kasih orang tuanya tersebut diberikan secara dibuat-but maka si anak dengan sendirinya akan mengetahui atau merasakan cinta kasih yang palsu tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan batin yang erat antara si anak dengan kedua orang tuanya. Dengan hal ini si anak bukannya akan bertambah baik tapi yang didapat justru sebaliknya. Maka dari itu cinta kasih orang tua tersebut harus diberikan secara lulus dan ikhlas.
Cinta kasih yang diberikan orang tua Iersebut ada dampak positifnya dan dampak negatifnya. Dampak positifnya apabila kasih sayang tersebut diberikan secara apa adanya, artinya memberikannya itu tidak berlebihan ataupun tidak kurang. Sedang dampak negatifnya adalah apabila kasih sayangnya tersebut diberikan secara berlebihan.